Pulau
Hoga adalah salah satu pulau di gugusan kepulauan WAKATOBI wilayah
Kabupaten Wakatobi, provinsi Sulawesi Tenggara , Indonesia, yang juga
merupakan pulau wisata bawah laut terindah di Dunia. Pulau ini terletak
di timur Pulau Kaledupa.
MENDENGAR
namanya, orang berpikir tiga hal itu ada kaitannya dengan Jepang.
Padahal, ini tentang keindahan Indonesia di Sulawesi Tenggara. Tiga nama
itu adalah nama obyek wisata yang dinilai potensial laku dijual kepada
wisatawan mancanegara yaitu Pulau Hoga dan Onemobaa di Kabupaten
Wakatobi dan Pulau Sagori di Kabupaten Bombana.
Masih
agan semua ingat film The Beach? Film yang diperani si ganteng Leonardo
Di Caprio itu berkisah tentang surga tersembunyi di sebuah pulau
terpencil di Filipina. Bayangkan bahwa tempat itu ternyata ada juga di
Indonesia. Tepatnya di Pulau Hoga, Kepulauan Wakatobi di Provinsi
Sulawesi Tenggara.
Daratan
Pulau Hoga yang kehijauan tampak cantik dikelilingi pasir putih yang
berkilauan tetimpa cahaya matahari. Angin laut yang segar langsung
mengisi paru-paru. Air laut di depan mata membentang biru dan jernih.
Mendarat
di Hoga, tampak bangunan-bangunan kayu yang sederhana namun kokoh.
Sejumlah bule berseliweran di ruang makan berkapasitas 60-80 orang yang
dipenuhi jadwal dan instruksi berbahasa Inggris. Suasana hiruk-pikuk
dengan senda gurau dalam bahasa Inggris. Padahal, itu di kepulauan
Wakatobi, di ujung tenggara Pulau Sulawesi yang dari Jakarta bisa
ditempuh dua hari.
Memang,
orang asing itu bukan sekadar turis. Mereka rata-rata mahasiswa dan
profesor peneliti program Operation Wallacea (Opwall), lembaga ekspedisi
riset dan konservasi yang berbasis di Inggris.
Keindahan
yang tak ternilai dari tempat ini adalah lokasinya yang terpencil, kata
John Coop Direktur-Expedisi Logistik Opwall di Pulau Hoga.
Menurut
John, mereka datang pada musim liburan universitas di Eropa: Maret dan
Juni-September. Tiap musim jumlah mahasiswa dan relawan mencapai 400
orang sementara profesor 8-10 orang.
Kepulauan
Wakatobi memang menyimpan banyak keindahan. Dulu dikenal sebagai
kepulauan Tukang Besi, terdiri dari kelompok empat pulau utama yang
menjadi nama Wakatobi: Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.
Kawasan
dengan luas 1.390.000 hektare yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan
besar, jajaran atol dan laguna karang tersebut terkenal kepadatan
habitat terumbu karang dan ikanya yang beragam. Paus dan lumba-lumba pun
kerap dapat ditemui di sekitar Wangi-Wangi.
Pencinta
penyu dapat meneliti di Pulau Runduma, sebelah utara Pulau Kaledupa. Di
pulau yang sulit ditempuh karena jalur pelayarannya rawan gelombang,
penyu-penyu hijau (Chelonia mydas) selalu turun bertelur.
Satu
lagi yang menjadi sorotan para peneliti asing adalah sejumlah
perkampungan Suku Bajo. Kelompok masyarakat yang kerap disebut gipsi
laut ini benar-benar hidup di atas laut dengan membangun permukiman di
atas laguna karang. Mereka tersebar di pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, dan
Tomia.
Namun,
tidak murah biaya peneliti ikut program Opwall. Untuk dua minggu,
mereka harus membayar biaya hidup 1.750 dollar AS atau sekitar Rp 17,5
juta. Biaya belum termasuk ongkos pulang, visa, sertifikat, dan alat
menyelam.
Maka
Opwall yang beroperasi sejak 1995 menyiapkan fasilitas tak
tanggung-tanggung. Di Pulau Hoga, Opwall menyewa satu bangunan rumah
panggung milik Pemerintah Daerah Wakatobi dan difungsikan sebagai
kantor, ruang kelas, area belajar, perpustakaan mini, ruang komputer,
laboratorium basah, restoran, bar, dan klinik pertolongan pertama.
Opwall juga berkerja sama dengan operator dan lembaga kursus menyelam
PADI.
Di
perkampungan Suku Bajo di Sampela, Opwall membangun sebuah fasilitas
penelitian untuk menginap di perkampungan. Sebuah rumah dengan fungsi
yang sama juga disewa di Desa Ambeua, Pulau Kaledupa.
Banyaknya
peneliti asing membuat masyarakat di Wakatobi, juga Suku Bajo di
Sampela, mengira pengunjung lokal yang berkulit kuning langsat pun
sebagai orang asing.
Warga
juga sangat terbiasa diwawancara. Bahkan sebagian mengaku bosan, letih.
Para peneliti asing itu kadang tidak datang berkelompok tapi
sendiri-sendiri. Lalu kami diminta berkumpul. Setiap orang dapat
pertanyaan panjang dan banyak. Sering kami jadi tidak melaut, keluh La
Diy (42) warga Desa Sembano.
Buntutnya
saat mengetahui jadi obyek penelitian, mereka menjadi kritis dan
mempertanyakan dampak langsung penelitian bagi masyarakat.
Padahal,
umumnya para peneliti asing ini meneliti di Wakatobi untuk satu kurun
waktu tertentu demi disertasi akademik mereka. Pada sisi ini masyarakat
memang sekadar menjadi obyek penelitian. Namun di sisi lain, keberadaan
Opwall telah membuka alternatif penghasilan dan lapangan pekerjaan baru
buat masyarakat, khususnya di Hoga dan Kaledupa.
Di
Hoga, saat ini terdapat 200 homestay milik masyarakat yang pasokan
tamunya sebagian besar dari Opwall. Transaksi penyewaan kapal untuk
penyelaman, arus pesanan sayur-mayur, menjadi tambahan penghasilan di
musim ramai penelitian. Opwall juga melibatkan 81 persen staf lokal
sebagai pekerja operasional. Dampak tak langsung lain adalah lancar
berbahasa Inggris.
Kepulauan
Wakatobi sejak 31 Juli 1996 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No 393/KTps-VI/1996 ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional Laut
dengan nama Taman Nasional Kepulauan Wakatobi. Dengan penetapan itu,
tahun 1997 Wakatobi dibagi menjadi lima zona: Zona Inti (683.500 ha),
Zona Pelindung (160.500 ha), Zona Pemanfaatan (70.000 ha), Zona
Pemanfaatan Tradisional (300.500 ha), dan Zona Rehabilitasi (175.000
ha).
Pembagian
ini penting mengingat taman laut Wakatobi (1.390.000 ha) merupakan
taman laut kedua terbesar di Indonesia, setelah Taman Nasional Laut
Teluk Cendrawasih di Papua. Tingkat keragaman terumbu dan spesies ikan
di Wakatobi juga termasuk berkepadatan tinggi, sama seperti di Taman
Nasional Laut di Bunaken, Teluk Cendrawasih, dan Komodo.
Berdasarkan
kajian ekologi The Nature Conservation (TNC) Indonesia Marine Program
dan WWF Indonesia Marine Program 2003, di Wakatobi terdapat 396 jenis
karang batu penyusun terumbu karang dan 590 jenis ikan. Ini karena ada
Laguna Karang Kaledupa, laguna terluas dan terpanjang di Indonesia.
Di
laguna karang ini komunitas karang yang tidak umum dan spesies ikan
berada pada keragaman yang paling tinggi. Keindahan dapat dinikmati di
27 titik lokasi penyelaman di mana terumbu karang secara umum dalam
kondisi sehat.
0 Komentar untuk "Pulau Terindah di Indonesia"